Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Kemiskinan di Jawa Timur
Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan akibat adanya pembatasan sosial dan penutupan usaha. Hal ini membuat banyak keluarga terpaksa harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan di Jawa Timur meningkat sejak pandemi Covid-19 melanda. BPS mencatat bahwa sekitar 10 persen penduduk Jawa Timur berada dalam garis kemiskinan, naik dari sebelumnya yang hanya mencapai 8 persen.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan meningkatnya tingkat kemiskinan adalah hilangnya pekerjaan. Menurut Dr. Arief Anshory Yusuf, Ekonom dari Universitas Padjajaran, “Banyak orang yang bekerja di sektor informal seperti pedagang kecil, tukang ojek, dan buruh harian yang terkena dampak paling besar akibat pandemi ini.”
Selain itu, penurunan aktivitas ekonomi juga turut berkontribusi terhadap kemiskinan. Menurut Dr. Retno Saraswati, Ekonom dari Universitas Airlangga, “Penutupan usaha dan pembatasan sosial membuat banyak usaha kecil dan menengah gulung tikar, sehingga menambah jumlah orang yang terjerumus ke dalam kemiskinan.”
Pemerintah Jawa Timur sendiri telah berupaya untuk mengatasi masalah kemiskinan ini. Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyatakan bahwa pemerintah daerah terus berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak. “Kami terus berupaya untuk memberikan bantuan sosial, pelatihan keterampilan, dan program lainnya untuk membantu masyarakat Jawa Timur keluar dari kemiskinan,” ujarnya.
Meskipun demikian, perlu adanya kerja sama dari semua pihak untuk mengatasi masalah kemiskinan ini. Masyarakat juga perlu diberikan pemahaman untuk dapat beradaptasi dengan situasi yang ada. Dengan begitu, diharapkan tingkat kemiskinan di Jawa Timur dapat segera teratasi.